Setelah membahas topik keterampilan beberapa hari yang lalu melalui artikel Pengetahuan Keterampilan Pengalaman – atau alasan adanya perbedaan konsisten antara istilah-istilah demikian menjadi semakin penting, kali ini kita akan membahas topik ini secara lebih mendalam.

Pencocokan pekerjaan merupakan sebuah proses yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai suatu alat yang digunakan untuk mencocokkan individu dengan lowongan pekerjaan berdasarkan keterampilan mereka. Meskipun konsep pencocokan keterampilan terlihat masuk akal, namun sebenarnya hal ini kurang sesuai jika mencocokkan keterampilan tanpa mengetahui level yang tepat dari setiap jenis keterampilan yang eksplisit maupun implisit, terutama yang berasal dari pengalaman kerja sebelumnya.

Namun, begitulah cara kerja sebagian besar sistem yang tersedia di pasar, pada mayoritas bursa kerja dan agregator, ATS, dan perangkat karier lainnya di web maupun dari sisi perekrut. Alasannya yaitu tidak tersedianya level-level tersebut pada taksonomi dan grafik pengetahuan yang populer saat ini, seperti ESCO, O*Net, Lightcast Open Skills, dan lain-lain, sehingga tidak memberikan diferensiasi yang berarti. Seiring dengan adanya sejumlah kekurangan lainnya, seperti masih meluasnya penggunaan pencocokan kata kunci, atau pencocokan tanpa konteks, sebagaimana yang telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya, hasil pencocokan yang dilakukan hampir selalu tidak lengkap atau bahkan tidak tepat, serta terdapat berbagai implikasi negatif lainnya yang diakibatkan oleh proses yang kurang memadai dan menggunakan teknologi yang sudah ketinggalan zaman.

Berikut ini yaitu beberapa contoh untuk membuktikan bahwa pencocokan keterampilan tanpa level yang tervalidasi sangatlah tidak masuk akal:

Bermain tenis dapat dijumpai sebagai suatu keterampilan dalam CV saya. Namun, kita semua tahu bahwa keterampilan bermain tenis saya tidak dapat dibandingkan atau dicocokkan dengan keterampilan bermain tenis seorang Roger Federer. Bahkan ketika kita membicarakan hal yang sama, yang kita maksudkan bisa jadi sangat berbeda. Mari kita ambil contoh lain untuk mengilustrasikan hal ini: Saya bisa memasak. Keterampilan yang lumayan, dan cukup baik untuk dimiliki di rumah. Namun kemampuan memasak saya masih jauh dari keterampilan memasak profesional yang dibutuhkan di dapur restoran besar. Dengan keterampilan saya ini, saya pasti akan segera dikeluarkan dari dapur mana pun  karena ketidaksesuaian tingkat keterampilan yang saya miliki. Maka dari itu, tidak semua keterampilan bermain tenis itu sama, dan tidak semua keterampilan memasak pun sama. Sehingga, tidak semua kemampuan pemrograman Python itu dapat disamaratakan, pun tidak semua keahlian pemasangan pipa ledeng, tidak semua keahlian menulis itu sama, dan lain sebagainya.

Jadi, salah satu alasan utama mengapa mencocokkan keterampilan tanpa mengetahui tingkat kemahiran yang tepat dapat menjadi suatu permasalahan adalah karena hal ini dapat menyebabkan ketidakcocokan antara persyaratan kerja dan keterampilan pelamar. Sebagai contoh, jika seorang kandidat memiliki keahlian yang tercantum dalam CV mereka namun hanya memiliki pengetahuan dasar tentang keahlian tersebut, atau keahlian tersebut sudah tidak digunakan lagi di tempat kerjanya selama bertahun-tahun sehingga tidak lagi mutakhir, maka mereka mungkin tidak dapat melakukan pekerjaan tersebut secara efektif. Sebaliknya, jika kandidat memiliki keterampilan yang tidak secara eksplisit tercantum dalam CV mereka, namun memiliki pengetahuan yang mendalam tentang keterampilan tersebut, misalnya karena telah melakukannya secara terus menerus secara praktis dalam aktivitas kerja, mereka mungkin melewatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang sebenarnya sangat sesuai dengan keahlian mereka.

Masalah lain yang mungkin muncul dalam pencocokan keterampilan tanpa mengetahui tingkat kemahiran yang tepat yaitu dapat menyebabkan kandidat terjebak dalam posisi tertentu. Sebagai contoh, jika seorang kandidat memiliki keahlian tertentu yang sesuai dengan lowongan pekerjaan, mereka mungkin akan dipekerjakan untuk posisi tersebut, meskipun mereka memiliki keahlian lain yang mungkin lebih cocok untuk posisi lain. Hal ini dapat membatasi pertumbuhan dan perkembangan karier kandidat, karena mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi bidang lain yang diminati atau mengembangkan keterampilan baru yang dapat bermanfaat bagi perusahaan.

Penting juga untuk dicatat bahwa keterampilan bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan saat mencocokkan kandidat dengan lowongan. Faktor-faktor lain seperti kepribadian, etos kerja, dan kecocokan budaya juga sama pentingnya dan tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan keterampilan kandidat. Pengalaman kerja seseorang dapat menjelaskan kepribadian, etos kerja, dan kecocokan budaya mereka, yang dapat menjadi hal yang krusial dalam menemukan kandidat yang tepat.

Pada kesimpulannya, pencocokan pekerjaan berdasarkan keterampilan tanpa mengetahui level kemahiran yang tepat akan seluruh keterampilan eksplisit dan implisit bukanlah strategi yang efektif. Hanya dengan keterampilan saja tidak dapat menentukan kecocokan seseorang untuk suatu posisi atau jabatan. Sehingga penting untuk mempertimbangkan faktor lainnya seperti pengalaman kerja, kepribadian, etos kerja, dan kecocokan budaya kandidat untuk memastikan kecocokan yang tepat. Kegagalan dalam melakukan hal ini jelas akan menyebabkan ketidakcocokan dan kehilangan kesempatan baik bagi kandidat maupun perusahaan.

Oleh karena itu, mari kita beralih dari acuan yang terlanjur meluas namun keliru tentang pencocokan keterampilan sebagai sesuatu yang modern dan bermakna. Keterampilan masih dan akan tetap menjadi salah satu dari berbagai dimensi yang relevan yang harus disertakan dalam pencocokan pekerjaan dan/atau proses rekrutmen. Jikalau memang pencocokan keterampilan diperlukan, maka hanya dengan pelevelan keterampilan yang relevan dan lebih baik lagi dengan konteks sebanyak mungkin akan dapat terwujud. Pelajari lebih lanjut tentang produk kami JANZZon! dan JANZZsme! dan bagaimana kami dapat mengatasi keterbatasan pencocokan pekerjaan dan keterampilan yang saat ini masih dirasa kurang memadai.